Translate

Redaksi Tabuka News | 05 June 2024

Cakupan Imunisasi Polio Capai 26 Persen

Cakupan Imunisasi Polio Capai 26 Persen


TIMIKA, TabukaNews.com - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, Reynold R. Ubra mengatakan Cakupan vaksin tetes polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Mimika telah digelar sejak 27 Mei 2024. Hingga saat ini, dilaporkan telah mencapai 26 persen dari target 55.570 anak usia 0-7 tahun.

Reynold menyebut capaian 26 persen tersebut berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan Dinkes Mimika per Sabtu, 1 Juni 2024.

“26 persen itu dari 55 ribu target anak usia 0-7 tahun ,” katanya kepada Wartawan di Timika, Senin (03/06). 

Target 55.570 anak tersebut, terdiri dari anak usia 0-50 bulan sebanyak 30.969, anak 5-6 tahun sebanyak 16.195, dan anak 7 tahun sebanyak 8.406. Target ini menjadi yang tertinggi diantara beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Papua Tengah.

Demi melakukan percepatan imunisasi polio, evaluasi dan identifikasi Fasilitas Kesehatan (Faskes) telah dilakukan. Sebab ada 300 lebih fasilitas yang bisa terlibat sehingga percepatan bisa dilakukan. 

“Identifikasi faskes itu bisa mendekatkan akses orang tua atau balita sasaran dengan pos PIN,” ungkapnya.

Selain memanfaatkan seluruh fasilitas kesehatan yang ada, waktu tunggu imunisasi polio pun akan dipercepat.

“Kami akan coba terus evaluasi, karena seringkali orang berpikir waktu tunggunya terlalu lama. Selain tadi puskesmas, juga akan berkunjung dari rumah ke rumah,” tambahnya.

Setelah putaran pertama pelaksanaan pekan imunisasi ini, Dinkes akan kembali evaluasi diikuti sweeping bayi dan balita.

“Harapannya pemerintah distrik, kelurahan dan kampung tetap bekerjasama dengan tim imunisasi puskesmas demi masa depan anak-anak kita. Intinya semua anak punya hak untuk diimunisasi dan punya hak dilindungi dari penyakit polio,” tegasnya.

Karena polio berhubungan erat dengan perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan dan tidak buang air besar sembarangan (BABS), pihaknya juga akan bekerjasama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya untuk pembangunan fasilitas kamar mandi umum dan air bersih.

“Penularan anak yang sakit ke anak sehat pemicunya adalah BABS, tidak menjaga perilaku hidup sehat dengan cuci tangan. Itu menjadi persoalan. Kita tahu penyebabnya, kita tahu solusinya. Oleh karena itu tentu kami tidak bisa sendiri,” pungkasnya.

Lingkungan menjadi sarana virus, Mimika KLB Polio. 

Kejadian luar biasa (KLB) Polio terjadi di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Lingkungan menjadi salah satu sarana virus poliomyelitis berkembang dan menyebar dari satu manusia ke manusia lainnya, terutama anak-anak yang sangat rentan terkena penyakit polio.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika dalam upaya menanggulangi penyebaran virus atau penyakit polio, berharap masyarakat dapat meninggalkan kebiasaan atau perilaku hidup tidak sehat, seperti buang air besar sembarangan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold R. Ubra mengatakan, temuan kasus polio di Mimika juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dalam hal ini kebiasaan hidup tidak sehat di masyarakat.

Kebiasaan ini harus ditinggalkan, agar penyakit-penyakit yang asalnya atau berkembang kemudian penyebarannya dari kondisi lingkungan tidak sehat, dapat dicegah. Hal ini memang perlu peran serta dari semua pihak, namun lebih utama adalah masyarakat dilingkungannya masing-masing.

“Ketika perilaku buang air besar masih sembarangan, maka anak-anak yang belum menerima imunisasi polio, mereka bisa terpapar. Jadi ada faktor lingkungan, dan kami juga melakukan pemeriksaan terhadap lingkungan sekitar,” katanya.

Meskipun sampai hari ini hasil pemeriksaan secara detail terkait temuan kasus polio di Mimika belum selesai, tetapi berdasarkan informasi yang dikumpulkan bahwa perilaku buang air besar sembarangan turut mempengaruhi penyebaran penyakit polio. 

Soal temuan kasus polio di Mimika,  ditemukan pada Februari 2024. Saat itu terdapat pasien diduga mengalami polio lumpuh layu akibat virus poliomyelitis. Lantaran informasinya masih dugaan, tim Dinkes Mimika meresponnya dan melakukan pemeriksaan. Alhasil, pasien dinyatakan positif polio.

Polio menyebabkan lumpuh layu secara mendadak, anak mengalami panas maupun demam, kemudian tubuh bagian bawah tak mampu bergerak untuk bisa berdiri. Jika satu saja kondisi seperti itu ditemukan, maka semua anak harus diberikan imunisasi.

Sementara pasien positif polio yang mengalami lumpuh layu, setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata belum pernah menerima imunisasi polio sebelumnya. Sehingga ketika pasien terpapar virus poliomyelitis tubuhnya tidak memiliki kekebalan untuk menangkal virus yang akhirnya menyebabkan pasien lumpuh layu. (Dezy)