Translate
Redaksi Tabuka News | 27 November 2025Dinkes Mimika Terus Pantau Ketersediaan Obat Malaria
TIMIKA, TabukaNews.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika terus memantau ketersediaan kebutuhan akan obat Malaria saat ini telah tercatat mencapai sekitar 2 juta tablet per tahun selama tiga hingga empat tahun terakhir.
Namun, hingga saat ini, distribusi yang diterima baru berkisar antara 1,2 hingga 1,3 juta tablet, meninggalkan kekurangan sekitar 700 hingga 800 ribu tablet.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra, pada Selasa (26/11/2025). Dimana kekurangan obat malaria ini sudah menjadi fokus perhatian Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dan telah dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan.
"Masalah serupa tidak hanya terjadi di Kabupaten Mimika, tetapi juga di seluruh wilayah Tanah Papua," ucapnya.
Meskipun ada kekurangan, Reynold memastikan bahwa stok obat malaria saat ini masih mencukupi hingga bulan Februari mendatang.
"Beberapa waktu lalu, Thermal Case telah mendistribusikan obat, dan Kementerian Kesehatan memastikan bahwa semua pasokan untuk triwulan terakhir tahun ini akan dikirim dengan tepat waktu. Saya cukup optimis,” tambahnya.
Reynold menjelaskan bahwa kebutuhan obat malaria dipengaruhi tidak hanya oleh tingkat kejadian kasus, tetapi juga berat badan pasien. Contohnya, seorang pasien dengan berat 80 kilogram diharuskan mengonsumsi lima tablet obat biru per hari selama tiga hari, sehingga total kebutuhan mencapai 15 tablet, sedangkan pasien dengan berat badan 60 atau 70 kilogram membutuhkan jumlah yang berbeda.
Untuk meningkatkan aksesibilitas, Dinas Kesehatan telah menjalin kerjasama antara klinik dan Puskesmas. Pasien kini dapat mengakses obat secara gratis dengan menghubungi Puskesmas terdekat melalui telepon atau WhatsApp tanpa perlu datang langsung.
Tahun ini, kasus positif malaria diprediksi akan lebih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 166 hingga 170 ribu kasus. Produsen kesehatan menargetkan prevalensi malaria dapat turun menjadi 16 hingga 18 persen pada tahun 2025, dengan jumlah pemeriksaan meningkat dari 700 ribu pada tahun lalu menjadi hampir 1 juta orang.
Reynold menambahkan, Kementerian Kesehatan akan memfokuskan upaya untuk mempercepat eliminasi malaria melalui program pengobatan cepat yang sesuai dengan standar mulai Januari tahun depan.
"Tujuan kami adalah memastikan ketersediaan obat, pengobatan sesuai standar, dan benar-benar gratis bagi masyarakat," tutupnya. (Elis)