Translate

Redaksi Tabuka News | 26 November 2025

Era Modern dan Peran Generasi Muda Lestarikan Budaya Kamoro

Era Modern dan Peran Generasi Muda Lestarikan Budaya Kamoro


TIMIKA, TabukaNews.com - Peran generasi muda dalam melestarikan budaya menjadi salah satu tantangan terbesar di era modern. 

Pasalnya, kemajuan teknologi yang begitu pesat mengakibatkan terkadang tak dapat dibendung oleh masyarakat secara luas, terutama kalangan generasi muda.  

Di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah terdapat dua suku besar yang merupakan pemilik negeri ini, yaitu Suku Amungme dan Kamoro. 

Dari kedua suku ini, salah satu suku yang sangat dikenal dengan tarian adatnya yaitu suku Kamoro atau yang juga dikenal Mimika Wee. 

Tarian adat yang paling dikenal secara luas dari Suku Kamoro yaitu tari Seka. Tantangan generasi muda di Mimika dalam melestarikan budaya suku Kamoro, khususnya Tarian Seka, cukup besar. 

Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain kurangnya pengetahuan dan minat, gempuran budaya luar yang disebabkan oleh media sosial, tidak adanya dukungan dari pemerintah dan lembaga adat, perubahan gaya hidup dan urbanisasi yang mengakibatkan generasi muda lebih sibuk, hingga kesalahpahaman. 

Frits Padwa selaku Founder PKBM Tabea Ebenhaezer kepada media ini saat ditemui, Selasa (25/11/2025), pada gelaran Timika Art Creation Festival menyampaikan keluh kesah-nya mengenai hal tersebut. 

Menurutnya, untuk mengatasi tantangan ini, perlu adanya upaya bersama dari generasi muda, pemerintah, dan lembaga adat untuk melestarikan budaya suku Kamoro. 

Berangkat dari persoalan di atas, Pihaknya sendiri kini tengah menggelar sebuah ajang yang dirancang untuk bisa menjadi ajang tahunan dengan tujuan untuk melestarikan tarian suku Kamoro.

Di Graha Eme Neme Yauware, event bertajuk Timika Art Creation Festival itu digelar. Antusias peserta dari sanggar-sanggar tari, sekolah hingga kelompok tari dari masyarakat umum mewarnai jalannya festival. 

“Kita punya anak-anak ini semakin lama lupa identitas dan budaya mereka. Sehingga, kita sama-sama bertanggung jawab untuk bagaimana melestarikan ini supaya adat dan budaya itu tetap melekat di kita punya anak-anak ini,” sahut Frits. 

Frits pun meringkas sepenggal cerita tentang perjalanannya dalam mengamati budaya Kamoro, terutama tentang tarian Seka semasa ia masih aktif sebagai guru. 

Frits mengakui jika di era modern telah terjadi perkembangan yang sangat luar biasa dibarengi dengan kemajuan teknologi. 

Sejak tahun 1990-an, kata Frits sempat menjadi tahun-tahun emas budaya Kamoro sangat digemari. Akan tetapi, perlahan redup setelah modernisasi. 

Ia pun berinisiatif membentuk suatu lembaga dengan nama Pusak Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Tanea Ebenhaezer. 

Lembaga ini telah didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan akan fokus pada isu budaya dan pendidikan. 

“Jadi inti daripada itu adalah kami tetap melestarikan budaya Kamoro ini supaya jangan hilang atau punah,” ujarnya. 

Menurut Frits, tarian Seka merupakan satu dari sekian banyak kekayaan budaya suku Kamoro yang masih dilestarikan hingga kini. 

Dalam festival yang digelar pada hari ini merupakan babak penyisihan untuk mencari 6 peserta kelompok tari terbaik yang akan tampil pada puncak acara di tanggal 28 November 2025 mendatang, di lapangan depan Sentra Kuliner Pasar Sentral Timika. (Ahmad)