Translate
Redaksi Tabuka News | 17 November 2025Bupati Paparkan Harmoni Keberagaman Mimika di Konferensi Kota Toleran 2025 Singkawang-Kalimantan Barat
SINGKAWANG-KALIMANTAN BARAT, TabukaNews.com - Bupati Mimika memaparkan praktik terbaik pembangunan toleransi dan kerukunan di daerahnya pada forum Konferensi Kota Toleran (KKT) 2025 yang digelar di Kota Singkawang, Minggu (16/11/2025).
Dalam forum nasional yang mempertemukan pemerintah daerah dari berbagai wilayah Indonesia ini, Bupati Mimika menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan utama Kabupaten Mimika.
Menurutnya, Mimika merupakan salah satu daerah paling heterogen di Indonesia. “Seluruh suku bangsa dari Aceh sampai Papua ada di Mimika, bahkan komunitas terkecil pun ada di sana. Ada sekitar 52 kerukunan yang dinaungi oleh pemerintah kabupaten,” ujarnya.
Keberagaman itu juga tercermin dalam komposisi penganut agama. Ia merinci, Kristen 48,07 persen, Islam 28,09 persen, Katolik 22,76 persen, Hindu 0,08 persen, Buddha 0,05 persen, dan Konghucu 0,01 persen semuanya hidup berdampingan.
“Kalau di Singkawang berjuluk Seribu Kelenteng, Lombok Seribu Masjid, kalau kami di Mimika ‘Sejuta Gereja’. Mengapa demikian, karena gereja ada di mana-mana,” kelakar John disambut tawa para peserta forum.
Bupati Mimika menekankan bahwa harmoni di daerahnya bukan hanya slogan, melainkan budaya bersama. Ia mencontohkan keterlibatan lintas agama dalam setiap kegiatan keagamaan.
“Perayaan Natal dan Paskah, semua agama terlibat. Pawai obor saat Paskah, semua lintas agama ikut konvoi. Begitu juga pawai takbir saat Ramadan, semua ikut bersama-sama,” jelasnya.
Solidaritas itu juga terlihat dalam kerja sama pengamanan rumah ibadah ketika hari-hari raya besar keagamaan. “Semua terlibat, dari agama manapun. Ini supaya semua masyarakat merasa bahwa kita itu satu, tidak boleh pisah-pisah,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Mimika disebut terus memperkuat ekosistem toleransi melalui dukungan nyata. Di antaranya, penyaluran dana hampir Rp3 miliar kepada FKUB untuk memperkuat program kerukunan antarumat beragama.
Tak hanya itu, tahun ini pemerintah juga memberikan insentif kepada sekitar 1.000 tokoh agama dari lima agama besar di Mimika. “Tahun depan kemungkinan akan meningkat, kami sementara melakukan pendataan,” ujarnya.
Di berbagai momen resmi, Mimika juga membudayakan doa lintas agama, melibatkan seluruh perwakilan agama sebagai simbol persatuan.
Komitmen itu terangkum dalam tagline daerah: “Mimika Rumah Kita”. “Dalam Mimika Rumah Kita, tidak boleh ada orang sakit, lapar, atau bodoh. Semua dari berbagai budaya, agama, bahasa yang ada, harus bersama-sama menjaga rumah besar ini,” kata Bupati.
Tagline ini merupakan implementasi dari motto daerah dalam bahasa setempat ‘Eme Neme Yauware’ yang berarti bersatu, bersaudara, membangun. Bupati John bahkan menciptakan sebuah lagu berjudul “Mimika Rumah Kita” yang menggambarkan betapa indahnya keberagaman daerah itu.
Adapun Konferensi Kota Toleran (KKT) adalah sebuah inisiatif yang digagas oleh SETARA Institute dalam rangka mengamplifikasi pembangunan ekosistem toleransi sekaligus sebagai respon atas kebutuhan tindak lanjut atas riset Indeks Kota Toleran.
KTT berlangsung selama dua hari 15-16 November di Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Daerah berjuluk ‘Kota Seribu Kelenteng’ ini memperoleh skor toleransi tertinggi selama bertahun-tahun hingga didapuk menjadi tuan rumah KTT.
Mengangkat tema “Menguatkan Inisiatif dan Kolaborasi, Membangun Ekosistem Toleransi”, forum ini menghadirkan berbagai praktik baik dari pemerintah daerah untuk mendorong lahirnya kebijakan yang inklusif dan progresif.(Elis)